Pada artikel ini, studi
difokuskan pada perilaku pebisnis MLM
yang terkait dengan progam pendidikan bagi anggota baru serta menemukan model
pendidikan macam apa yang dikembangkan komunitas pebisnis MLM.
Siafat
utama kebudayaan adalah selalu berubah dan adaptasi dengan kebutuhan masyarakat
pendukungnya serta keinginan individu/kelompok masyarakat untuk berprestasi.
Adrianti (2007) bahwa seiring perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat
maka berbagai model perdagangan ditumbuhkembangkan individu/kelompok untuk
peningkatan profit dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dan berdasarkan
penjelasan diatas, maka MLM bisa jadi menjadi jawaban atas model perdaganagn
baru yang dapat memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Bisnis MLM
berbeda dengan bisnis konvesional biasa, di MLM mereka mengenal model
pembelajaran yang disebut dengan support system dari core system. system
tersebut memiliki fungsi sebagi pendamping dan organisasi pendukung yang
menyediakan strategi dan langkah-langkah kerja.
Metode dan pendekatan
Bisnis adalah nilai,
maka pemahaman nilai bisnis adalah yang terbaik untuk business thinkers/perencanaan
dan business doers/pelaku, agar ada minimalisasi konflik nilai. Untuk itu perlu
adanya pemetaan nilai melalui pengamatan tentang proses perubahan moral bisnis
pekerja dan sejauh mana bisnis yang ditimbulkannya. Tanpa pelatihan maka buadaya
perusahaan kurang korelatif dengan latar belakang sosial budaya dan budaya
kerja dari anggotanya. Senada tentang pentingnya diciptakan buadaya perusahaan
bagi anggotanya adalah pemikiran Koentjaraningrat (1990) bahwa jika individu
diberi stimulus dalam proses pembelajaran, maka dorongan (drive) untuk maju
dapat muncul melalui respon berupa sikap perilaku yang terkait dengan
pengetahuan yang dimiliki.
Hasil dan Pembahasan
Masyarakat di Indonesia dianggap pasar yang potensial
oleh perusahan MLM dari berbagai Negara di dunia. Alasan distributor MLM tetap
melakukan bisnis MLM karena mereka telah memperoleh pendidikan untuk memahami
dan meningkatkan pengetahuannya yang dipasarkan dari support system. hal yang
terus dijalankan distributornya meskipun pendapat masyarakat negative tentang
bisnis MLM. Mereka mempunyai komitmen yang kaut, impian yang jelas dan
konsisten untuk mengubah kehidupan sosial ekonomi mencapai puncak sukses
melalui proses belajar.
Selain itu MLM juga memiliki konstruksi sosial budaya bisnis
yang berbeda dengan budaya bisnis konvensional. Konstruksi sosial budaya ini
meliputi pendidikan dan pembelajaran. Proses konstruksi sosial budaya dari
sekolah bisnis MLM dibangun secara bertahap melalui pertemuan/seminar. Pola
kerja pebisnis MLM dalah merekrut, melatih dan membina anggota baru dalam
grupnya secara langsung atau tidak langsung melalui beberapa pertemuan.
Analisis
Teori
Dalam perkembangannya bisnis MLM (Multi Level Marketing) memang bisa menjadi sumber penghasilan yang
potensial. MLM juga dikenal sebagai “jaringan pemasaran” dalam budaya bisnis
MLM pendapatan pasif yaitu bagaimana uang bekerja untuk mereka seperti
waralaba, konglomerasi, investor yang memerlukan dana besar. Namun sayangnya
bisnis semacam ini masih belum banyak dikenal di masyarakat. Kurang begitu
dikenal dimasyarakat seperti apa masih kurang dijelaskan dalam artikel diatas. Disisi
lain, ada yang memandang MLM adalah sebagai bisnis yang memiliki citra
negative, misalnya produk yang ditawarkan tidak relefan, cara menawarkannya ada
yang dengan cara memaksa dan lain sebagainya.
Dalam
keangotaan atau dalam organisasisnya banyak ditemukan member MLM yang berbeda
pandangan sehingga membuat mereka tidak bertahan lama. Dalam teori konflik
dijelaskan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara anggota satu dengan
anggota yang lainya membuat bisnis ini tidak begitu lama, bagi mereka yang
kurang sabar dan tidak bisa menjalankan sistemnya. Namun bagi mereka yang masih
tekun dan sabar, mereka bisa terus berjalan sampai target yang dia tentukan.
No comments:
Post a Comment