Peran
Budaya, Nilai-Nilai Dan Struktur Sosial Oleh Jamie Mackie
Dalam artikel ini membahas kasus orang Asia Tenggara dan
memberikan pandangan luas tentang peran-peran ekonomi orang Cina Asia Tenggara
dan nilai-nilai yang dihubungkan mereka yang sebagian besar memiliki watak
berwirausaha dalam bidang bisnis dibanding dengan orang pribumi. Mengapa
penduduk pribumi tidak cenderung ke perdagangan seperti orang Cina. Dalam
artikel ini pertanyaan seperti itu dicoba untuk dijawab, seperti apa
keberhasilan dagang orang Cina.
Dari keanekaragaman orang Cina Asia Tenggara dan berbagai
keadaan lingkungan regional yang mereka hadapi. Faktor-faktor sosial dan budaya
maupun kelembagaan dan structural. Namun yang jelas, nilai-nilai dan budaya
adalah faktor penting dalam semua ini.
HOMOGENITAS
DAN HETEROGENITAS DI KALANGAN ORANG CINA ASIA TENGGARA
Orang Cina Asia Tenggara sama sekali tidak homogeni. Pandangan
seperti itu mengabaikan berbagai perbedaan yang terus melebar diantara,
misalnya, orang Cina-Thai, warga Singapura, dan orang Cina-Indonesia yang
hampir seluruhnya menyerap budaya dan karakteristik dimasing-masing daerahnya
pada tingkat tertentu. Perbedaan-perbedaan diantara orang cina asia tenggara
dibuat sebagi penawar setiap pemahaman akan suatu ke-Cina-an yang mendasar dan
lazim. Meskipun mereka menjadi unsur-unsur dalam warisan identitas etnis dan budaya
cina dimanapun, interaksi sosial masyarakat cina asia tenggara denganpara
tentangga pribumi telah mempengaruhi identitas etnis dan budayanya di dalam
cara-cara yang rumit.
Budaya,
Nilai-nilai, dan Keberhasilan: Sikap Hemat dan Hal-hal Baik Lainnya
Keberhasilan orang cina asia tenggara seringkali
dihubungkan dengan citra perusahaan yang legendaris, kerja keras, hemat,
solidaritas keluarga, pendidikan dan kebaikan-kebaikan neo-konfusius dan
kewirausahaan lainnya. Raffles mencatat kualitas itu dikalangan penambang Cina
di Pulau Bangka pada 1815, dan belakangan ada yang menggambarkan mereka tidak
hanya tekun dan hemant tetapi juga tahan menderita, percaya akan kemampuan diri
dan berani mengambil resiko, kualifikasi yang seluruhnya baik untuk menjadi pengusaha
modern dari masyarakat kecil yang sedang berkembang dengan pasar yang tidak
sempurna dan biaya transaksi yang tinggi (Bastin 1954: 259; Wu 1983: 113).
Dalam penelitian
Omohondro menyimpulkan, Chinese Marchant
Families in Iloilo, mencatat bahwa “Orang Cina adalah pengusaha yang lebih
baik dari pada orang Filipina karena keuntungan-keuntungan yang ada dalam
struktur sosial…sososk budaya Cina berkaitan dengan keberhasilan bisnis tampak
sekali terpelihara.
Warisan
Nilai-niali Konfusius
Dalam kenyataanya, penerapan istilah Konfusius dan
neo-Konfusius kepada budaya atau nilai-nilai orang Cina Asia Tenggara begitu
dipertanyakan sehingga istilah tersebut sebaiknya dihindari. Orang Cina yang
datang ke Asia Tenggara hampir seluruhnya berasal dari kelas-kelas sosial yang
telah menyerap budaya konfusius tinggi kelas mandarin di Cina (Wang 1992:
304-212).
Nilai-nilai
yang Sedang Berubah
Nilai-nilai
berubah bersama dengan berjalannya waktu dalam sebagian besar masyarakat pada
umumnya secara perlahan-lahan, tentunya, tetapi pasti dalam bagian keadaan,
seperti halnya struktur sosial dan pola-pola perilaku yang mereka jalani.
Kesimpulan:
Ke Arah suatu Penjelasan
Orang Cina
memiliki bakat kewirausahaan yang luar biasa. Kondisi tersebut didorong oleh
kondisi-kondisi yang medunkung yang berasal dari perkumpulan dan lembaglembaga
dagangnya (Freedman 1979: 61-83). Pendirian perkumpulan satu dialeg bahasa dan
jaringan-jaringan keluarganya, siang hwee (kamar dagang), dan kegiatan komunis
lain untuk saling berlangsung bantu untuk keuntungan mereka, menciptakan
jalur-jalur kelembagaan yang memiliki daya tahan sehingga kaum kapitalis lokal
tidak mampu menandinginya. Selain itumotivasi oarng Cina juga dinilai memiliki
andil dalam menentukan keberhasilan sejak tahun-tahun lebih awal, ketika
kemiskinan adalah pendorong, sampai saat-saat terakhir ini, ketika
ketidakamanan dan diskriminasi menambah deretan kesulitan. Sikap hemat juga
menjadi salah satu modal utama dalam sebuah bisnis. Mereka berbisnis dengan
keutungan yan tipis menjadikan mereka pesaing berat (Limling 1986).
No comments:
Post a Comment