Friday 18 April 2014

Etnografi Indonesia, “Review Kuliah”
1.      Tari Yospan
Tarian pergaulan orang papua yang disebut dengan yospan. Yospan sendiri merupakan perpanjangan dari kata Yosim Pancar. Alias harmonisasi dari dua tarian rakyat Papua, Yosim dan Pancar. Tarian Yosim adalah tarian tua yang mirip dengan poloneis dari dansa Barat yang berasal dari daerah Sarmi, kabupaten di pesisir utara Papua. Sedangkan Yopan adalah gerakan gerakan yang diambil dari gerakan akrobatik pesawat tempur MIG dan dijadikan gerakan oleh penari. Nilai budaya yang terdapat pada tarian yospan, salah satunya adalah nilai kesenian dalam gerakan gerakan tari yospan mempunyai gerakan yang simpel dan sedikit mengadopsi gerakan akrobatik pesawat. Dan Tarian yospan juga digunakan sarana penghibur dalam acara seperti upacara tujuhbelasan ataupun acara seperti festifal.
2.      Rumah Kaki Seribu
Rumah Kaki Seribu adalah rumah tradisional masyarakat Arfak, komunitas terbesar di Manokwari. Nama asli dari rumah jenis ini adalah Mod Aki Aksa atau Igkojei. Nilai budaya terkandung dalam rumah kaki seribu ini adalah seni arsitektur pembangunan rumah yang memiliki Bangunan rata-rata berukuran 8×6 meter dengan tinggi atap sekitar 4 hingga 5 meter. Tiang-tiang kayu penyangga rumah diambil dari kayu hutan dengan diameter sekitar 10 cm dan disusun dengan jarak antar tiang kurang lebih 30 cm. Selain itu jelas dengan keunikan rumah ini, bisa mengundang wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan banyaknya wisatawan yang datang untuk melihat rumah tersebut bisa mendongkrak popularitas Kota Manokwari dengan rumah kaki seribu yang unik.
3.      Tenun ikat Alfonso Horeng dari Flores

Kain tenun ikat yang berasal dari Desa Nita, kecamatan Nita, Kabupaten Sikka di Pulau Flores, NTT. Kain tenun ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan bisa dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian dari masyarakat setempat. Dilihat dari pembuatan kain yang lebih memilih bahan bahan yang berkwalitas, nama Alfonso Horeng adalah sebagai penghargaan terhadap orang yang melestarikan kain ikat dari Floles tersebut. Nilai budaya yang bisa dilihat dari kesenian kain tersebut adalah bisa digunakan untuk sistem mata pecaharian masyarakat Nita, Kab Sikka. Wisata yang bisa dikembangkan untuk menunjang penghasilan daerah Flores dan bisa menjadi salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia.

No comments:

Post a Comment