Etnografi
Indonesia, “Review Kuliah”
1.
Tari Yospan
Tarian pergaulan orang
papua yang disebut dengan yospan. Yospan sendiri merupakan
perpanjangan dari kata Yosim Pancar. Alias harmonisasi dari dua tarian rakyat
Papua, Yosim dan Pancar. Tarian Yosim adalah tarian tua yang mirip dengan
poloneis dari dansa Barat yang berasal dari daerah Sarmi, kabupaten di pesisir
utara Papua. Sedangkan Yopan adalah gerakan gerakan yang diambil dari gerakan
akrobatik pesawat tempur MIG dan dijadikan gerakan oleh penari. Nilai budaya
yang terdapat pada tarian yospan, salah satunya adalah nilai kesenian dalam
gerakan gerakan tari yospan mempunyai gerakan yang simpel dan sedikit
mengadopsi gerakan akrobatik pesawat. Dan Tarian yospan juga digunakan sarana
penghibur dalam acara seperti upacara tujuhbelasan ataupun acara seperti
festifal.
2.
Rumah Kaki Seribu
Rumah Kaki Seribu adalah rumah
tradisional masyarakat Arfak, komunitas terbesar di Manokwari. Nama asli dari
rumah jenis ini adalah Mod Aki Aksa atau Igkojei. Nilai budaya terkandung dalam
rumah kaki seribu ini adalah seni arsitektur pembangunan rumah yang memiliki
Bangunan rata-rata berukuran 8×6 meter dengan tinggi atap sekitar 4 hingga 5
meter. Tiang-tiang kayu penyangga rumah diambil dari kayu hutan dengan diameter
sekitar 10 cm dan disusun dengan jarak antar tiang kurang lebih 30 cm. Selain
itu jelas dengan keunikan rumah ini, bisa mengundang wisatawan dari dalam
negeri maupun luar negeri. Dengan banyaknya wisatawan yang datang untuk melihat
rumah tersebut bisa mendongkrak popularitas Kota Manokwari dengan rumah kaki
seribu yang unik.
3.
Tenun ikat Alfonso Horeng dari Flores
Kain tenun ikat yang berasal dari Desa
Nita, kecamatan Nita, Kabupaten Sikka di Pulau Flores, NTT. Kain tenun ini
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan bisa dimanfaatkan sebagai sumber mata
pencaharian dari masyarakat setempat. Dilihat dari pembuatan kain yang lebih
memilih bahan bahan yang berkwalitas, nama Alfonso Horeng adalah sebagai
penghargaan terhadap orang yang melestarikan kain ikat dari Floles tersebut.
Nilai budaya yang bisa dilihat dari kesenian kain tersebut adalah bisa
digunakan untuk sistem mata pecaharian masyarakat Nita, Kab Sikka. Wisata yang
bisa dikembangkan untuk menunjang penghasilan daerah Flores dan bisa menjadi
salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia.
No comments:
Post a Comment