Tugas Antropologi Agama
Ø Fakta Sosial:
Seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang
dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa
juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum
dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari
manifestasi-manifestasi individual. (Durkheim, 1895/111982: 13). Menurut
Emile Durkheim sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta
sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar
terhadap individu. Adapun ciri fakta sosial adalah:
a. Bersifat
eksternal terhadap individu, artinya fakta sosial berada di luar
individu.
b. Bersifat
memaksa individu.
c. Bersifat
umum atau tersebar secara meluas dalam satu masyarakat.
Ø Makna: sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat
pada suatu tanda linguistic. (Ferdinand De Saussure,1994:286). Menurut
Ferdinand De Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur yakni:
signife an signifiant. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Prancis. Yang
dalam bahasa Inggris adalah signified untuk signife dan untuk signifier untuk
dignifiant.
Artinya makna lahir dari konsep suatu tanda bunyi, yang
terbentuk dari fonem-fonem yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiaptanda
linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah
unsur dari bahasa (intraligual), yang biasa merujuk atau mengacu kepada suatu
relefan yang merupakan unsur luar biasa (extalinguall).
Ø Simbol: sebagai ajang/tempat/wahana yang memuat suatu nilai bermakna
(meaning). (Cliford Geertz). Simbol
adalah tanda untuk menunjukkan hubungan dengan acuhan dalam sebuah hasil
konvensi atau kesepakatan bersama. (Helena). Contohnya adalah bahasa (verbal,
non-verbal atau tulisan), dan juga benda-benda yang mewakili sebuah eksistensi
yang secara tradisi telah disepakati.
istilah simbol sudah semenjak lama dinyatakan baik secara
eksplisit. Edward Tylor, perintis antropologi abad ke-19, misalnya menulis :
“kekuatan penggunaan kata-kata sebagai tanda untuk mengekspresikan pemikiran,
yang dengan ekspresi itu bunyi tidak secara langsung menghubungkannya,
sebenarnya sebagai simbol-simbol arbiter, adalah tingkat kemampuan khusus
manusia yang tertinggi dalam bahasa, yang kehadirannya mengikat bersama semua
ras manusia dalam kesatuan mental yang substansial.
Leslie White (1940), dalam suatu tulisan tentang manusia sebagai spesies yang mampu menggunakan simbol-simbol, menunjuk pentingnya konteks dalam makna simbol. Ernest Cassier (1944) berpendapat bahwa tanpa suatu kompleks simbol, pikiran rasional tidak akan mungkin terjadi. Manusia memiliki kemampuan untuk mengisolasi hubungan-hubungan dan mengembangkannya dalam makna abstrak. Cassier menunjuk geometric sebagai suatu contoh klasik. Geometrik secara konseptual berkaitan dengan hubungan-hubungan spasial yang ekspresinya adalah bahasa simbolik dan suatu bentuk representasi. Namun, sistem abstrak ini bisa diterapkan untuk membangun masalah-masalah. Cassier mengekspresikan hakikat simbolik pengalaman manusia sebagai berikut : “manusia tidak lagi hidup semata-mata dalam semesta fisik, manusia hidup dalam semesta simbolik. Bahasa, mite, seni, dan agama adalah bagian-bagian dari semesta ini. Bagian-bagian dari semesta itu bagaikan aneka ragam benang yang terjalin membangun anyaman jaring-jaring simbolik. Simbol atau tanda dapat dilihat sebagai konsep-konsep yang dianggap oleh manusia sebagai pengkhasan sesuatu yang lain yang mengandung kualitas-kualitas analisis logis atau melalui asosiasi-asosiasi dalam pikiran dan fakta.
Leslie White (1940), dalam suatu tulisan tentang manusia sebagai spesies yang mampu menggunakan simbol-simbol, menunjuk pentingnya konteks dalam makna simbol. Ernest Cassier (1944) berpendapat bahwa tanpa suatu kompleks simbol, pikiran rasional tidak akan mungkin terjadi. Manusia memiliki kemampuan untuk mengisolasi hubungan-hubungan dan mengembangkannya dalam makna abstrak. Cassier menunjuk geometric sebagai suatu contoh klasik. Geometrik secara konseptual berkaitan dengan hubungan-hubungan spasial yang ekspresinya adalah bahasa simbolik dan suatu bentuk representasi. Namun, sistem abstrak ini bisa diterapkan untuk membangun masalah-masalah. Cassier mengekspresikan hakikat simbolik pengalaman manusia sebagai berikut : “manusia tidak lagi hidup semata-mata dalam semesta fisik, manusia hidup dalam semesta simbolik. Bahasa, mite, seni, dan agama adalah bagian-bagian dari semesta ini. Bagian-bagian dari semesta itu bagaikan aneka ragam benang yang terjalin membangun anyaman jaring-jaring simbolik. Simbol atau tanda dapat dilihat sebagai konsep-konsep yang dianggap oleh manusia sebagai pengkhasan sesuatu yang lain yang mengandung kualitas-kualitas analisis logis atau melalui asosiasi-asosiasi dalam pikiran dan fakta.
Ø Culture:
istilah culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan,
pengolahan tanah pertanian.
Dalam
arti kiasan kata itu juga berarti“pembentukan dan pemurnian jiwa
Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture (New York; Brentano’s, 1924), hal 1, pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai yaitu; “Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggot masyarakat”. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli Barat
Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture (New York; Brentano’s, 1924), hal 1, pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai yaitu; “Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggot masyarakat”. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli Barat
E.
B. Tylor dalam buku “Primitif Culture”, bahwa kebudayaaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang
lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
R.
Linton dalam buku “The Cultural Background of Personality’, bahwa
kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur –
unsur pembentukan didukung serta diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.
C.
Klukhohn dan W.H. Kelly menyatakan kebudayaan adalah sebagai
hasil tanya jawab dari para ahli antropologi, sejarah, hukum, psychologi, yang
implisit dan eksplisit, rasional, irasional terdapat pada setiap waktu sebagai
pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
Ø Struktur Sosial:
tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam suatu
masyarakat. Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau
bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang
berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan
atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Susunannya bisa vertikal atau horizontal. George Simmel: struktur sosial adalah
kumpulan individu serta pola perilakunya. George C. Homans: struktur sosial
merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam
kehidupan sehari-hari. William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang
dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu. Menurut
Soerjono Soekanto (2002:68) struktur sosial diartikan sebagai hubungan
timbal balik antarposisi sosial dan antarperan. Dengan demikian,
pengertian struktur sosial dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan
sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung hubungan
timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur
sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat
memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat. Hendropuspito (1989) dalam
bukunya ”Sosiologi Sistematik” mendefinisikan bahwa struktur sosial adalah
skema penempatan nilainilai sosiobudaya dan organ-organ masyarakat pada
posisi yang dianggap sesuai dengan berfungsinya organisme masyarakat
sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-masing.
Bagian nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, kaidah-kaidah,
moral, serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu
masyarakat. Sementara itu organ-organ masyarakat tersebut berupa
kelompok-kelompok sosial, institusi atau lembaga-lembaga sosial yang
mengusahakan perwujudan nilai-nilai tertentu menjadi nyata dan dipakai dalam
memenuhi kebutuhan.
Ø Perubahan
Budaya: Menurut Koentjaraningrat adalah
Perubahan budaya adalah proses pergeseran, pengurangan, penambahan, dan
perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan. Secara sederhana, perubahan
budaya merupakan dinamika yang terjadi akibat benturan-benturan anta runsur
budaya yang berbeda-beda. FAKTOR INTERNAL
PERUBAHAN
DEMOGRAFIS
perubahan
demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah,akan mengakibatkan
terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan,contohnya : bidang
perekonomian, pertambahan peduduk akan persediaan kebutuhan pangan,sandang dan
papan.
KONFLIK
SOCIAL
konflik
social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat,contohnya
: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah
transmigrasi,untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat
dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
BENCANA
ALAM
bencana
alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi perubahan contohnya :
banjir,bencana longsor,letusan gunung berapi masyarakat akan dievakuasi dan
dipindahkan ketempat yang baru,disanalah mereka harus beradaptasi dengan
kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilisasi
maupun alkuturasi.
PERUBAHAN
LINGKUNGAN ALAM
ada
beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk
delta,rusaknya hutan karena erosi,perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan
hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan
setempat.
2.FAKTOR EKSTERNAL
PERDAGANGAN
indonesia
terletak pada jalur perdagangan asia timur dengan india,timur tengah bahkan
eropa barat,itulah sebabnya indonesia sebagai persinggahan pendagang pendagang
besar,selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat
setempat sehingga terjadilah perubahan budaya.
PENYEBARAN
AGAMA
masuknya
unsur-unsur agama hindu dari india atau budaya arab bersamaan proses penyebaran
agama hindu dan islam ke indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya
barat melalui proses penyebaran agama kristen dan kalonialisme.
PEPERANGAN
kedatangan
bangsa barat ke indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk
peperangan,dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur unsur budaya bangsa
asing ke indonesia.
No comments:
Post a Comment