Geger
Tengger
Dari karya etnografi yang ditulis oleh Robert W. Hefner “Geger
Tengger: Pendahuluan: Jawa Pegunugan dalam Sejarah dan Teori Sosial.” Dalam tulisan tersebut, Robert membahas
tentang perubahan bentuk ekonomi dan masyarakat di Tengger pada tahun 1970-an.
Selain membahas tentang perekonomian Masyarakat Tengger, Robet W. Hefner juga
menganalisis tentang perubahan-perubahan politik dan islamisasi pada masyarakat
Tengger yang dianalisis secara historisme dan konparatif. Robet W. Hefner
membandingkan perubahan dari prakolonialisme sampai jaman sekarang. Masyarakat
Tengger membedakan dirinya sebagai masyarakat gunung dan dataran rendah di
Tengger.
Permasalahan,
masyarakat Tengger mempunyai permasalah yang sederhana yakni tentang perbedaan
antara masyarakat gunung dan masyarakat dataran rendah di Tengger. Orang gunung
tidak membedakan statifikasi sosial mereka memandang dirinya sama dengan yang
lain, berbeda dengan halnya masyarakat dataran rendah yang masih sadar dengan
status mereka yang menyebabkan masalah interaksi sosial dan hirarki. Dalam
permasalahan yang diteliti dari segi historisme masyarakat Tengger mengalami
perubahan ditengah arus ekonomi dan politik masyarakat Tengger yang dibebankan
dengan masalah identitas interaksi sosial dan kemasyarakatan yang telah dijalankan
oleh aktor.
“selama
berabad-abad penduduk wilayah ini selalu menganggap diri mereka sebagai “orang
gunung” (wong gunung) yang berbeda
dengan “orang dataran rendah” (wong ngare).
Istilah regionalis ini mereka gunakan untuk menunjukkan perbedaan dalam masalah
hirarki dan pola interaksi, ... .” (Robert W Hefner;1999).
Setelah
mendeskripsikan beberapa analisis dari masalah yang dihadapi oleh masyarakat
pegunungan Tengger kemudian saya melanjutkan dengan mengkaji tentang masalah
ekonomi masyarakat Tengger yang sebagian besar mengunakan mata pencaharian
sebagai petani. Dalam tulisan Robet W. Hefner, menunjukkan bahwa petani
masyarakat Tengger mengalami penurunan ekonomi mereka di bidang pertanian.
Penyebab dari penurunan ekonomi masyarakat Tengger dibidang pertanian salah
satunya adalah kolonialisme dan
penyempitan lahan karena para migran yang lapar-lahan menyerbu ke
dataran tinggi.
“pada
awalnya, wilayah yang ditanami itu hanya dihuni oleh sejumlah penduduk. Tetapi
segera setelah itu, para migran yang lapar-lahan juga menyerbu kedataran
tinggi. ...Wilayah lereng atas (divatas 1.200 meter) terhindar dari serbuan
pendatang, karena hawanya terlalu dingin serta ...dan karena pemerintah mengiginkan agar
daerah itu menjadi kawasan reservasi hindu setempat. Sekalipun mereka luput
dari serbuan pendatang, namun tidak lama kemudian komunitas jaw bukan-islam ini
juga sepenuhnya merasakan dampak kolonialisme.” (Robert W Hefner;1999).
Selanjutnya
dalam tulisan Robet W. Hefner tentang Geger Tengger, saya setelah membaca tulisan
tersebut tidak menemukan teori yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji
masyarakat pegunungan Tengger. Dalam tulisan tersebut penulis, mengunkan metode
etnografi dalam menjelaskan tulisannya tentang masyarakat Tengger. Dalam
pemaparan tulisan tersebut penulis banyak mengkaji tentang perubahan ekonomi, politik hingga keadaan statifikasi
masyarakat Tengger dan hingga proses islamisasi di Tengger. Penulis juga
membutuhkan waktu yang panjang untuk menyusun karya tulisan tesebut. Dalam
prosesnya penulis melakukan penelitian secara langsung dengan wawancara
mendalam dan berinteraksi dengan masyarakat Tengger.
Jawaban:
“Pada akhir
tahun 1970-an sebagian besar ladang padi di jawa ditanami jenis padi
baru.. separuh dari pertumbuhan tenaga
kerja terjadi di sektor perdagangan kecil, jasa, dan industri kecil...
kebanyakan dari para penumbuk padi itu adalah kaum perempuan tak bertanah atatu
memiliki tanak sempit”.(Robert W Hefner;1999)
Dalam
kutipan diatas dapat dipahami bahwa penulis menemukan permasalahan kasus yang
terjadi dibidang ekonomi. Perubahan dan perkembangan masyarakat Tengger
dianggap sebagai dasar permasalahan yang terjadi di masyarakat Tengger. Oleh sebab itu Robert W Hefner
mengungkapkan untuk mengatasi permasalahan ekonomi, pemerintah pada waktu itu
melakukan perombakan politik yang dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh partai
politik.
Setelah
membaca tulisan Robet W. Hefner tentang Geger Tengger, saya menemukan data dalam karya tulisan etnografi ini yang
berbeda dengan tulisan yang lain adalah penulis menunjukkan
permasalahan/jawaban dari artikel ini.
“pada
awal tahun 1970-an dampak dari progam-progam ini mulai terasa di wilayah
pegunungan di Jawa. Di pegunuggan Tengger, pembangunan jalan-jalan telah
memudahkan transportasi kendaraan bermotor, barang-barang konsumsi, searta
semakin banyaknya campur tangan pemerintah.” (Robert W Hefner;1999).
Sedangkan klaim yang saya temukan
dalam karya tulis etnografi yang ditulis oleh
Robet W. Hefner, yang menunjukkan pernyataan fenomena yang khas adalah
komunitas agama siwa di Tengger.
“Di
kawasan tertinggi di pegunungan Tengger, terdapat komunitas penganut agama siwa
yang jelas-jelas bukan Islam yang bertahan hidup di tengah-tengah orang jawa”
(Robert W Hefner;1999).
Dengan
adanya argumentasi tersebut penulis juga bisa memahami masalah interaksi yang
ada di massyarakat pegunungan Tengger, sehingga karya etnografi tersebut
menjadi lebih interaktif dan menarik.
Dalam
karya tulisan Etnografi tersebut saya mendapatkan Argumentasi, retorik atau organisasi tekstual yang ada di
masyarakat pegunungan Tengger. Yang pertama saya kupas adalah tentang adanya
argumentasi masyarakat Tengger yakni “orang
dataran rendah lebih suka menjaga status mereka dari pada membuat orang lain
betah”, kata seorang pegunungan. “yang mereka hargai”, kata-katanya lebih
lanjut, adalah “pangkat, sedangkan orang gunung menganggap diri mereka semua
sam, dan keturunan yang sama pula”. (Robert W Hefner;1999).
Kemudian
mengenai retorik atau pengunaan kata atau bahasa, penulis mengunakan bahasa
yang sederhana dan sistematis yang membandingkan dari tahun ke tahun. Secara
keseluruhan penulis menyampaikan hasil karyanya dengan mengunakan bahasa yang
formal sehingga pembaca dari tulisan ini bisa memahami secara baik. Selain itu
penulis juga mengunakan istilah istilah yang biasa digunakan oleh masyarakat
Tengger namun juga dibarengi dengan kosakata yang memudahkan pengertian dari
kata yang asing bagi pembaca. Dalam organisasi tekstualnya penulis menggunkan
sub bab yang berbeda pembahasanya namun mempunyai keterkaitan yang sesuai
dengan tema. Dalam penyusunan paragraf juga sistematis yang saling berhubungan
antar kasus. Dan secara umum organisasi tekstual dalam tulisan Geger Tengger
yang ditulis Robert W Hefner, baik sebab mengunakan sub bab-sub bab yang
berurutan dan dengan dipadukan penyusunan paragraf yang juga sistematis.
Dalam
karya tulisan Etnografi Geger Tengger yang ditulis Robert W Hefner, karya
tulisan tersebut termasuk atau mengunakan Epistemologi Historisme yang dimana
dalam pendeskripsian tentang masyarakat Tengger penulis banyak mengkaitkan
hubungan sebab akibat antar gejala yang terjadi pada jaman dulu sampai dengan
sekarang. Selain mengunkan sebab akibat,
dalam tulisa ini juga memaparkan perkembangan masyarakat Tengger dari masa lalu
hingga masa kini yang di sajikan secara komparatif.
Rujukan:
Hefner, W, Robrt. 1999. “Geger Tengger : perubahan sosial dan perkelahian politik”
No comments:
Post a Comment