Friday 18 April 2014

Teori-Teori Tentang Budaya
Roger M. Keesing

Pendahuluan
           
Tantangan masa kini adalah menemukan cara untuk mempertajam konsep "budaya", sedemikian rupa, sehingga konsep itu mempunyai cakupan [terdiri atas bagian-bagian] yang lebih sedikit tetapi mengungkapkan hal yang lebih banyak. Seperti dikatakan oleh Geertz (30, him. 4), "pemotongan konsep budaya . . . [ke dalam] satu konsep yang tajam, mengkhusus, dan secara teoritis lebih kuat adalah satu tema besar dalam perteorian antropologi modern". Pemikiran-pemikiran ini dapat dibagi ke dalam empat bidang yang utama. Setelah membicarakan dengan singkat perkembangan masing- masing bidang,3 saya akan mencoba menyoroti isu-isu terminologi, filosofi, dan substantif yang memisahkan ahli-ahli teori besar.
Budaya Sebagai Sistem Adaptif
            Satu perkembangan penting dalam teori kultural berasal dari aliran yang meninjau kebudayaan dari sudut pandangan evolusionari. Penerapan satu model evolusionari seleksi-alam atas dasar biologis terhadap bangunan kultural telah membuat ahli ahli antropologi bertanya dengan kearifan yang makin tinggi tentang cara bagaimana komuniti manusia mengembangkan pola-pola kultural tertentu. Penerapan satu model evolusionari seleksi-alam atas dasar biologis terhadap bangunan kultural telah membuat ahliahli antropologi bertanya dengan kearifan yang makin tinggi tentang cara bagaimana komuniti manusia mengembangkan pola-pola kultural tertentu. Pertama, setiap pemikiran bahwa apabila kita menguliti lapisan konvensi kultural maka pada akhirnya kita akan menemukan Primal man dan keadaan manusia yang bugil di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril dan berbahaya. Kita memerlukan satu model interaksional yang kompleks, bukan satu pelapisan yang sederhana seperti itu (19, 25). Kedua, baik determinisme ekologis maupun determinisme kultural yang ekstrem sekarang dapat didukung oleh kepercayaan dan ideologi, tetapi tidak oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana. Yang perlu untuk ditelusuri adalah cara-cara bagaimana garis acuan biologis ditransformasikan dan dikembangkan ke dalam pola-pola kultural; dan ini memerlukan rencana penelitian yang imajinasi dan hati-hati dan penyelidikan yang telaten, bukan polemik-polemik dan s ensasionalisme.
Teori-Teori Ideasional Mengenai Budaya
A)    Budaya Sebagai Sistem Kognitif
Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut Ward Goodenough: Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu penomena material:
 dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya lebih merupakan organisasi dari hal-hal tersebut. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, model-model yang dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan penomena material di atas (32, him. 167).
B)    Budaya Sebagai Sistem Struktural
Pikiran (mind) memaksakan tatanan yang terpola secara kultural (satu tatanan serba-dua yang kontras, satu tatanan hubungan dan transformasi) pada suatu dunia yang terus-menerus berubah. Jarak antara ranah kultural (di mana manusia memaksakan tatanan arbitrarinya) dan ranah alam, adalah satu pusat utama serba-dua yang simbolik. Levi-Strauss lebih memperhatikan "Budaya" daripada "sebuah budaya". Struktur ini
saling menghubungkan pola-pola organisasi kognitif individu-individu.
C)    Budaya Sebagai Sistem Simbolik
Geertz mengangggap pandangannya tentang budaya adalah semiotik. Mempelajari budaya berarti mempelajari aturan-aturan makna yang dimiliki bersama. Dengan meminjam satu arti "text" yang lebih luas dari Ricoeur, Geertz pada masa akhir-akhir ini menganggap satu kebudayaan sebagai "satu kumpulan teks."
D)    Budaya dan Sistem Sosiokultural

Apa yang dibicarakan oleh para ahli adaptasi kultural adalah dalam satu pengertian "sistem-sosiokultural-dalam-lingkungan". Sistem inilah yang adaptif atau maladaptif, dan tergantung dalam beberapa hal pada seleksi alam. Pola-pola ideasional untuk hidup, pola-pola makna dan sistem pengetahuan dan kepercayaan yang dimiliki bersama oleh subsistem sangat penting dari "cara-hidup dalam- lingkungan". Yang terakhir ini adalah sistem yang kompleks dalam pengertian cybernetic, dalam sirkuit -sirkuit yang kompleks menghubungkan subsistem-subsistem ekologi, demografi, ideasional, dan Iainlain. Bagaimana lingkaran-lingkaran ini saling berhubungan, bagaimana informasi keluar melalui lingkaran-lingkaran tersebut, dan bagaimana proses homeostasis dan perubahan yang terarah bekerja, adalah pertanyaanpertanyaan empiris bagi penelitian, bukan polemik ideologis dan pasal-pasal kesetiaan. [Harap dicatat bahwa konseptualisasi tentang budaya sebagai suatu sistem ideasional tidak berart i sama dengan perbedaan antara ranah ekonomi (secukup hidup, teknologi, organisasi sosial dari unit-unit produksi) dengan ranah ideasional (agama, ideologi, hukum, kesenian, dll), seperti yang dibuat oleh Harris dan beberapa ahli adaptasi kultural yang lain.
E)    Budaya Sebagai Sistem Ideasional : Paradoks dan Masalah

Pertama, struktur dari sistem kultural diciptakan, dibentuk, dan ditentukan oleh pikiran dan otak individu. Bentuk budaya tergantung pada apa yang dipikirkan, dibayangkan, dan dipelajari oleh individu manusia, dan juga pada apa yang dibentuk dan dipelihara oleh perilaku kolektif dalam pola kehidupan yang langgeng dalam ekosistem. Budaya harus merupakan sesuatu yang dipikirkan, yang dipelajari, dan yang dijalani dalam kehidupan sosial.
F)     Ke Arah Penyelesaian Konseptual

Budaya, dipandang sebagai satu sistem kompetensi yang dimiliki bersama, yang bervariasi antara individu pada hal-hal yang khusus, adalah bukan semua hal yang diketahui, dipikirkan, dan dipandang individu tentang dunianya. Budaya adalah teori seorang individu tentang apa yang diketahui, dipercayai, dan diartikan oleh masyarakatnya, teori individu tersebut tentang kode yang dipatuhi, tentang permainan yang dimainkan, di dalam masyarakat di mana dia lahir. Teori inilah yang di acu oleh seorang native actor dalam menafsirkan hal yang dia kurang akrab (atau hal yang membingungkan), dalam berinteraksi dengan orang asing (atau supernatural), dan dalam setting lain yang terletak di pinggir kehidupan yang digeluti sehari-hari.

No comments:

Post a Comment