Teori-Teori
Tentang Budaya
Roger M. Keesing
Pendahuluan
Tantangan
masa kini adalah menemukan cara untuk mempertajam konsep "budaya", sedemikian
rupa, sehingga konsep itu mempunyai cakupan [terdiri atas bagian-bagian] yang lebih
sedikit tetapi mengungkapkan hal yang lebih banyak. Seperti dikatakan oleh
Geertz (30, him. 4), "pemotongan konsep budaya . . . [ke dalam] satu
konsep yang tajam, mengkhusus, dan secara teoritis lebih kuat adalah satu tema
besar dalam perteorian antropologi modern". Pemikiran-pemikiran ini dapat
dibagi ke dalam empat bidang yang utama. Setelah membicarakan dengan singkat
perkembangan masing- masing bidang,3 saya akan mencoba menyoroti isu-isu terminologi,
filosofi, dan substantif yang memisahkan ahli-ahli teori besar.
Budaya Sebagai Sistem Adaptif
Satu perkembangan penting dalam
teori kultural berasal dari aliran yang meninjau kebudayaan dari sudut
pandangan evolusionari. Penerapan satu model evolusionari seleksi-alam atas
dasar biologis terhadap bangunan kultural telah membuat ahli ahli antropologi
bertanya dengan kearifan yang makin tinggi tentang cara bagaimana komuniti
manusia mengembangkan pola-pola kultural tertentu. Penerapan satu model evolusionari
seleksi-alam atas dasar biologis terhadap bangunan kultural telah membuat
ahliahli antropologi bertanya dengan kearifan yang makin tinggi tentang cara
bagaimana komuniti manusia mengembangkan pola-pola kultural tertentu. Pertama,
setiap pemikiran bahwa apabila kita menguliti lapisan konvensi kultural maka
pada akhirnya kita akan menemukan Primal man dan keadaan manusia yang
bugil di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril dan berbahaya. Kita
memerlukan satu model interaksional yang kompleks, bukan satu pelapisan yang
sederhana seperti itu (19, 25). Kedua, baik determinisme ekologis maupun
determinisme kultural yang ekstrem sekarang dapat didukung oleh kepercayaan dan
ideologi, tetapi tidak oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana. Yang perlu untuk
ditelusuri adalah cara-cara bagaimana garis acuan biologis ditransformasikan
dan dikembangkan ke dalam pola-pola kultural; dan ini memerlukan rencana
penelitian yang imajinasi dan hati-hati dan penyelidikan yang telaten, bukan
polemik-polemik dan s ensasionalisme.
Teori-Teori
Ideasional Mengenai Budaya
A)
Budaya Sebagai Sistem Kognitif
Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut
Ward Goodenough: Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang
harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara
yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah
suatu penomena material:
dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah
laku atau emosi-emosi. Budaya lebih merupakan organisasi dari hal-hal tersebut.
Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia,
model-model yang dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian
menafsirkan penomena material di atas (32, him. 167).
B) Budaya
Sebagai Sistem Struktural
Pikiran (mind) memaksakan tatanan yang
terpola secara kultural (satu tatanan serba-dua yang kontras, satu tatanan
hubungan dan transformasi) pada suatu dunia yang terus-menerus berubah. Jarak
antara ranah kultural (di mana manusia memaksakan tatanan arbitrarinya) dan
ranah alam, adalah satu pusat utama serba-dua yang simbolik. Levi-Strauss lebih
memperhatikan "Budaya" daripada "sebuah budaya". Struktur
ini
saling
menghubungkan pola-pola organisasi kognitif individu-individu.
C)
Budaya
Sebagai Sistem Simbolik
Geertz
mengangggap pandangannya tentang budaya adalah semiotik. Mempelajari budaya
berarti mempelajari aturan-aturan makna yang dimiliki bersama. Dengan meminjam
satu arti "text" yang lebih luas dari Ricoeur, Geertz pada
masa akhir-akhir ini menganggap satu kebudayaan sebagai "satu kumpulan
teks."
D)
Budaya dan Sistem Sosiokultural
Apa yang dibicarakan oleh para ahli adaptasi
kultural adalah dalam satu pengertian
"sistem-sosiokultural-dalam-lingkungan". Sistem inilah yang adaptif
atau maladaptif, dan tergantung dalam beberapa hal pada seleksi alam. Pola-pola
ideasional untuk hidup, pola-pola makna dan sistem pengetahuan dan kepercayaan
yang dimiliki bersama oleh subsistem sangat penting dari "cara-hidup dalam-
lingkungan". Yang terakhir ini adalah sistem yang kompleks dalam
pengertian cybernetic, dalam sirkuit -sirkuit yang kompleks
menghubungkan subsistem-subsistem ekologi, demografi, ideasional, dan Iainlain.
Bagaimana lingkaran-lingkaran ini saling berhubungan, bagaimana informasi
keluar melalui lingkaran-lingkaran tersebut, dan bagaimana proses homeostasis
dan perubahan yang terarah bekerja, adalah pertanyaanpertanyaan empiris bagi
penelitian, bukan polemik ideologis dan pasal-pasal kesetiaan. [Harap dicatat
bahwa konseptualisasi tentang budaya sebagai suatu sistem ideasional tidak
berart i sama dengan perbedaan antara ranah ekonomi (secukup hidup, teknologi,
organisasi sosial dari unit-unit produksi) dengan ranah ideasional (agama,
ideologi, hukum, kesenian, dll), seperti yang dibuat oleh Harris dan beberapa
ahli adaptasi kultural yang lain.
E)
Budaya
Sebagai Sistem Ideasional : Paradoks dan Masalah
Pertama,
struktur dari sistem kultural diciptakan, dibentuk, dan ditentukan oleh pikiran
dan otak individu. Bentuk budaya tergantung pada apa yang dipikirkan,
dibayangkan, dan dipelajari oleh individu manusia, dan juga pada apa yang
dibentuk dan dipelihara oleh perilaku kolektif dalam pola kehidupan yang
langgeng dalam ekosistem. Budaya harus merupakan sesuatu yang dipikirkan, yang
dipelajari, dan yang dijalani dalam kehidupan sosial.
F) Ke
Arah Penyelesaian Konseptual
Budaya, dipandang sebagai satu sistem kompetensi
yang dimiliki bersama, yang bervariasi antara individu pada hal-hal yang
khusus, adalah bukan semua hal yang diketahui, dipikirkan, dan dipandang
individu tentang dunianya. Budaya adalah teori seorang individu
tentang apa yang diketahui, dipercayai, dan diartikan oleh
masyarakatnya, teori individu tersebut tentang kode yang dipatuhi, tentang
permainan yang dimainkan, di dalam masyarakat di mana dia lahir. Teori inilah
yang di acu oleh seorang native actor dalam menafsirkan hal
yang dia kurang akrab (atau hal yang membingungkan), dalam berinteraksi
dengan orang asing (atau supernatural), dan dalam setting lain
yang terletak di pinggir kehidupan yang digeluti sehari-hari.
No comments:
Post a Comment