Saturday 7 October 2017

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Review Artikel “Model Sekolah Bisnis Multi Level Marketing di Kota Surabaya”

Pada artikel ini, studi difokuskan pada perilaku  pebisnis MLM yang terkait dengan progam pendidikan bagi anggota baru serta menemukan model pendidikan macam apa yang dikembangkan komunitas pebisnis MLM.
Siafat utama kebudayaan adalah selalu berubah dan adaptasi dengan kebutuhan masyarakat pendukungnya serta keinginan individu/kelompok masyarakat untuk berprestasi. Adrianti (2007) bahwa seiring perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat maka berbagai model perdagangan ditumbuhkembangkan individu/kelompok untuk peningkatan profit dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dan berdasarkan penjelasan diatas, maka MLM bisa jadi menjadi jawaban atas model perdaganagn baru yang dapat memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Bisnis MLM berbeda dengan bisnis konvesional biasa, di MLM mereka mengenal model pembelajaran yang disebut dengan support system dari core system. system tersebut memiliki fungsi sebagi pendamping dan organisasi pendukung yang menyediakan strategi dan langkah-langkah kerja.
Metode dan pendekatan
Bisnis adalah nilai, maka pemahaman nilai bisnis adalah yang terbaik untuk business thinkers/perencanaan dan business doers/pelaku, agar ada minimalisasi konflik nilai. Untuk itu perlu adanya pemetaan nilai melalui pengamatan tentang proses perubahan moral bisnis pekerja dan sejauh mana bisnis yang ditimbulkannya. Tanpa pelatihan maka buadaya perusahaan kurang korelatif dengan latar belakang sosial budaya dan budaya kerja dari anggotanya. Senada tentang pentingnya diciptakan buadaya perusahaan bagi anggotanya adalah pemikiran Koentjaraningrat (1990) bahwa jika individu diberi stimulus dalam proses pembelajaran, maka dorongan (drive) untuk maju dapat muncul melalui respon berupa sikap perilaku yang terkait dengan pengetahuan yang dimiliki.
Hasil dan Pembahasan
            Masyarakat di Indonesia dianggap pasar yang potensial oleh perusahan MLM dari berbagai Negara di dunia. Alasan distributor MLM tetap melakukan bisnis MLM karena mereka telah memperoleh pendidikan untuk memahami dan meningkatkan pengetahuannya yang dipasarkan dari support system. hal yang terus dijalankan distributornya meskipun pendapat masyarakat negative tentang bisnis MLM. Mereka mempunyai komitmen yang kaut, impian yang jelas dan konsisten untuk mengubah kehidupan sosial ekonomi mencapai puncak sukses melalui proses belajar.
            Selain itu MLM juga memiliki konstruksi sosial budaya bisnis yang berbeda dengan budaya bisnis konvensional. Konstruksi sosial budaya ini meliputi pendidikan dan pembelajaran. Proses konstruksi sosial budaya dari sekolah bisnis MLM dibangun secara bertahap melalui pertemuan/seminar. Pola kerja pebisnis MLM dalah merekrut, melatih dan membina anggota baru dalam grupnya secara langsung atau tidak langsung melalui beberapa pertemuan.

Analisis Teori
            Dalam perkembangannya bisnis MLM (Multi Level Marketing) memang bisa menjadi sumber penghasilan yang potensial. MLM juga dikenal sebagai “jaringan pemasaran” dalam budaya bisnis MLM pendapatan pasif yaitu bagaimana uang bekerja untuk mereka seperti waralaba, konglomerasi, investor yang memerlukan dana besar. Namun sayangnya bisnis semacam ini masih belum banyak dikenal di masyarakat. Kurang begitu dikenal dimasyarakat seperti apa masih kurang dijelaskan dalam artikel diatas. Disisi lain, ada yang memandang MLM adalah sebagai bisnis yang memiliki citra negative, misalnya produk yang ditawarkan tidak relefan, cara menawarkannya ada yang dengan cara memaksa dan lain sebagainya.
Dalam keangotaan atau dalam organisasisnya banyak ditemukan member MLM yang berbeda pandangan sehingga membuat mereka tidak bertahan lama. Dalam teori konflik dijelaskan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara anggota satu dengan anggota yang lainya membuat bisnis ini tidak begitu lama, bagi mereka yang kurang sabar dan tidak bisa menjalankan sistemnya. Namun bagi mereka yang masih tekun dan sabar, mereka bisa terus berjalan sampai target yang dia tentukan.


No comments:

Post a Comment